Senin, 23 Desember 2013

"When our parent's say"

Anakku,
ketika aku semakin tua,
aku berharap kamu memahami dan memiliki kesabaran untukku. Suatu ketika aku memecahkan piring, atau di atas meja, karena penglihatanku berkurang aku harap kamu tidak memarahiku.

Orang tua itu sensitif. Selalu merasa bersalah saat kamu berteriak. Ketika pendengaranku semakin memburuk dan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakana, aku harap kamu tidak memanggilku ¡°Tuli!¡±. Mohon ulangi apa yang kamu katakan atau menuliskannya.

Maaf anakku, aku semakin tua. Ketika lututku mulai lemah, aku harap kamu memiliki kesabarab untuk membantuku bangun, seperti bagaimana aku selalu membantu kamu saat kamu masih kecil, untuk belajar berjalan.

Aku mohon jangan bosan denganku ketika aku terus mengulangi apa yang ku katakana, seperti kaset rusak, aku harap kamu terus mendengarkan aku. Tolong jangan mengejekku, atau bosan mendengarkanku.

Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil dan kamu ingin sebuah balon? Kamu mengulangi apa yang kamu mau berulang-ulang sampai kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan.

Maafkan juga bauku. Tercium seperti orang yang sudah tua. Aku mohon jangan memaksaku untuk mandi. Tubuhku lemah. Orang tua mudah sakit karena mereka rentan terhadap dingin. Aku harap, aku tidak terlihat kotor bagimu. Apakah kamu ingat, ketika kamu masih kecil? Aku selalu mengejar-ngejar kamu karena kamu tidak ingin mandi. Aku harap kamu bisa bersabar denganku, ketika aku selalu rewel. Ini semua bagian dari menjadi tua, kamu akan mengerti ketika kamu tua.

Dan jika kamu memiliki waktu luang, aku harap kita bisa berbicara bahkan untuk beberapa menit. Aku selalu sendiri sepanjang waktu dan tidak memiliki seseorangpun untuk diajak bicara. Aku tahu kamu sibuk dengan pekerjaan. Bahkan jika kamu tidak tertarik pada ceritaku, aku mohon berikan aku waktu untuk bersamamu. Apakah kamu ingat, ketika kamu masih kecil? Aku selalu mendengarkan apapun yang kamu ceritakan tentang mainanmu.

Ketika saatnya tiba dan aku hanya bisa berbaring, sakit dan sakit. Aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku. Maaf kalau aku sengaja mengompol atau membuat berantakan. Aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku selama beberapa saat terakhir dalam hidupku. Aku mungkin tidak akan bertahan lebih lama.

Ketika waktu kematianku datang, aku harap kamu memegang tanganku dan memberikanku kekuatan untuk menghadapi kematian. Dan jangan khawatir ketika aku bertemu dengan Sang Pencipta, aku akan berbisik pada-Nya untuk selalu memberikan berkah padamu karena kamu mencintai ibu dan ayahmu.

Terima kasih atas segala perhatianmu nak. Kami mencintaimu dengan kasih yang berlimpah

Ibu dan Ayah.

Dua bayangan.

Di hari ketika semuanya berawal, aku hanya berpura-pura tegar
mencoba untuk berdiri lebih tegap untuk pertemuan kita.
Kita berbagi angin yang sama dan tersenyum.

ah. . . kapanpun aku mengingatnya,
benar-benar hari-hari yang terkenang !
langkah kaki waktu itu masih terngiang di telingaku
dimana kau berada, kata-katamu akan mencapaiku, lihat?
aku tidak sendirian lagi, ada dua bayangan.
akan ku jaga nada ini.
yang bergema jauh.

mari ubah perasaan yang kau punya menjadi kata-kata.
dan selalu saling menggenggam tangan.

Kau Ajariku Untuk Meninggalkanmu

Kuingin ungkapkan padamu
tentang kepedihanku ini
Cintamu yang kurasakan
bukan kebahagiaan
tapi memerihkan hati

Sadarkah kau
betapaku mencintaimu
setiap nafasku adalah dirimu
namun sakit
ini tak sebanding
cara kau mencintaiku

Kini seakan aku
yang lebih mencintaimu
mengharapmu