terhitung dari hari ini aku berhenti berharap, menunggu, mengusikmu, dan ..
Terhitung dari hari ini, aku mulai mencintaimu dalam diam, aku mulai merindukan mu dalam sepi, aku mulai bertahan dengan rasa ini tanpa kamu mengetahuinya
tanggal yang cukup penting bagiku, namun belum tentu penting bagimu. Ini sudah menjadi tradisi, sejak dua tahun yang lalu. Tradisi macam apa? Ya, seperti ini, aku senang menulis tentangmu berulang-ulang setiap tanggal 28 november. Sebagai pengingat bahwa dulu kita pernah bekenalan dan sempat dekat.
Git.. agit! Matamu yang indah dan wajah orientalmu adalah potret yang tidak pernah aku lupakan. Bukan sesal, tapi sangat disayangkan jika selama dua tahun ini, kita tak pernah saling tahu, apalagi bertemu. Beberapa kali aku sempat mampir di daerah rumahmu, menikmati udara yang berembus manis di sana, berjalan-jalan dekat dengan rumahmu.
Sungguh, kita sangat nyaman dengan ketidakjelasan seperti ini. Dulu, dulu sekali, beberapa tahun yang lalu kedekatan kita adalah hal yang tak ingin aku sia-siakan. Bisakah manusia kecil seperti aku melawan kehendak tuhan? Aku tidak sekuat itu.
Perpisahan kita, yang terjadi tanpa dugaanku sebelumnya, tiba-tiba saja hadir. Kita, yang dulu adalah kutub selatan juga utara, yang saling tarik-menarik dan berdekatan, tak lagi punya alas an untuk berjalan sama-sama.
Nona, aku sunggu tak percaya hubungan kita berjalan singkat ternyata masih begitu melekat dalam ingatanku. Aku juga tak paham, mengapa sosokmu yang sempat begitu akrab di otaku telah berubah menjadi sosok yang tak lagi kukenal. Memang tidak ada kata pisah. Tidak juga ada ajakan untuk menyatukan aku dan kamu menjadi kita. Tapi, segalanya yang telah kulakukan bersamamu membawa kejutan dan kenangan tersendiri bagiku, entah bagimu.
Bolehkah aku bercerita tentang pertemuan kita? Mungkin, jika kamu menyempatkan diri untuk membaca, kamu akan bosan mendengar ceritaku. Pertemuan kita diawali dari sapaan terpendek di dunia, “Hai.” Cukup tiga huruf, dan itulah awal sederhana yang mengubah hidupku dan hidupmu. Sapa yang kulayangkan dari chat facebook itu berbuah balasan darimu. Sapaan iseng itu mengantarkan kita pada satu titik, titik ternyaman saat kita saling berkenalan. Aku mengetahuimu. Kamu juga mengetahuiku. Meskipun sama hanya maya, meskipun tak nyata, meskipun hanya lewat tulisan; kamu berbeda dan aku suka.
Kamu adalah veteran dari SMP 108 dan juga veteran di SMA SPJ. Aku tahu kamu tidak nakal, Nona. Kamu gigih dan selalu berjuang untuk yang ingin kuperjuangkan, tapi entah mengapa kau tidak memperjuangkanku? Apa aku tak layak untuk di perjuangkan? Sudahlah, lupakan! Semua sudah lewat dan pertemuan kita harusanya bukan menjadi hal yang harus kusesali. Aku masih mengingat tentangmu. Tentang dedikasimu.
Waktu kita berkenalan, kamu masih di SMA. Masih bersama kekasihmu yang dulu, yang seringkali kau ceritakan padaku. Kamu.. wanita yang selalu lupa makanan apa saja yang masuk ke dalam mulutnya. Wanita yang tak pernah mengeluh sakit. Kocak. Humoris. Dan katanya, kamu seringkali membawa pria berbeda ketika ada suatu acara di sekolahmu. Ah, Nona, mengenai ini hanya soal gossip saja, tapi aku percaya kau tidak seperti kata orang. Aku mempercayaimu. Dan, apakah yang tidak kuketahui mengenai kamu?
Nona, sudah dua tahun, 28 november 2010 memang sudah terlewat. Aku juga sudah berubah, kamu juga sudah pasti berubah. Kenangan kita, hari-hari kita, segala yang terjadi di antara kita pasti sudah berubah. Kamu mungkin sudah melupakanku, melupakan setiap detail diriku yang pernah kuperlihatkan padamu. Segalanya pasti sudah berubah, Nona. Tapi kenangan tetap sama, mekipun orang-orang yang mengingatnya tak lagi sama.
Dulu, kita masih SMP. Sekarang kamu dan aku sudah merasakan bangku SMA. Dulu, kita begitu dekat. Sekarang kita bahkan tak saling kenal. Logiskah jika kamu yang tak pernah kutemui secara nyata bisa menyita perhatianku hingga sejauh ini?
Nona, maafkan aku jika aku masih mengingatmu, masih ingin bercerita tentangmu, dan masih mengingat bercerita tentangmu bukanlah hal yang salah.
Sekali lagi, Selamat 28 November, Nona.
Bersemangatlah di jurusan Transmisi SMK Sandhy Putra Jakarta yang sedang kau tekuni.